artikel agama islam
.6 Ibroh
1. Berhati‑hati supaya tidak terjatuh pada Khawarijisrne (التخذير من الوقوع)
Secara sosial politik Khawarij bisa muncul kapan saja, apalagi kemunculan
pertama Khawarij dimulai dari ketidakpercayaan (‘adamuts tsiqah) sebagian
mereka kepada pcmimpinnya yaitu Utsman bin Affan yang mereka anggap tidak adil,
nepotisme, dan mengangkat orang‑orang dekatnya. Ditambah ada sosok lain yang
tidak suka dengan Islam ialah Abdullah bin Saba, yang sangat besar pengaruhnya
dalam memecah belah urnmat Islam. Melihat awal rnunculnya Khawarij, fenomenanya
sekarang nampaknya semuanya ada.
2. Bertaubat jika sudah terjatuh (الإنقاذ إن وَقَعَ)
Sejarah pun telah membuktikan banyak ummat Islam yang sudah tcrjatuh pada
fitnah Khawarijisme. Di Mesir pada tahun 60‑an banyak kelompok yang keluar dari
jama'ah yang benar dan menuduh pemimpinnya lemah bahkan menuduh sesama muslim
dengan kafir. Untuk menghadapi orang‑orang yang sudah terjatuh pada Khawarij
minimal dibutuhkan tiga cara: (1) Memilih orang yang cocok untuk menghadapi mereka,
(2) Cara yang benar, (3) Memeranginya jika diperlukan.
Ali RA, Ibnu Abbas dan Umar bin Abdul Azis dianggap orang yang cocok untuk
menghadapi Khawarij disamping beliau bertiga memiliki ilmu yang dalarn dan
bijaksana serta pandai memilih cara yang tepat untuk menghadapi mereka.
Pada saat Ali RA menghadapi mereka beliau bertanya : "Apa yang anda rasa
berat dari saya?" Mereka menjawab: "Karena anda menyerahkan hak
menghukum pada manusia, padahal tidak ada yang berhak rnenghukurn kecuali
Allah." Jawab Ali RA: "Apakah jika saya mendatangkan dengan dalil Al‑Qur'an
pada anda, anda akan kembali?" Mereka menjawab: "Kenapa tidak?"
Maka Ali RA mengambil dalil dari Al‑Qur'an surat An‑Nisa ayat 35 yang artinya:
"Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakim dari keluarga laki‑laki dan seorang hakim dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.” "Kalau pada masalah pernikahan saja Allah membolehkan
mengambil hakim dari manusia apalagi masalah Khilafah!" Maka sebanyak 4000
orang dari Khawarij bertaubat.
Begitu juga Ibnu Abbas sebagai sosok yang mampu menghadapi orang‑orang Khawarij.
Suatu saat Ali RA mengutusnya untuk menghadapi Khawarij, maka Ibnu Abbas
bertanya pada mereka: "Hal apakah yang; rnembuat anda dendam pada Ali
RA?" Mereka menjawab: "Ada tiga, pertama, dalam hal agama Allah, Ali
bertahkim pada manusia, kcdua, ia berperang tapi tidak menawan pihak musuh dan
tidak mengambil harta rarnpasan, ketiga, waktu bertahkim ia rela meninggalkan
keamirannya.” Maka jawab lbnu Abbas: “Mengenai bertahkim pada manusia apa
salahnya, kemudian beliau membacakan ayat 95 dari surat AI‑Maidah. Tentang
ucapan anda, ia berperang tidak melakukan penawanan, apakah anda menghendaki
agar Aisyah istri Rasul SAW jadi tawanan? Adapun Ali RA menanggalkan
kekhalifahannya Ali mencontoh Rasulullah SAW pada saat pcrjaniian
Hudaibiyah". Demikianlah setelah Ibnu Abbas menyelesaikan dialognya dengan
sangat bijaksana maka sekitar 20.000 orang Khawarij bertaubat.
Begitu juga Umar bin Abdul Azis melakukan yang serupa di mana pada masa daulah
Bani Umayyah yang paling membahayakan adalah orang‑orang Khawarij, bahkan
daulah punya pasukan khusus untuk menghadapi mereka, yang dipimpin oleh Al‑Muhalab
bin Abi Shufroh. Suatu saat Umar berdialog dengan salah seorang dari mereka
yang bernama Al‑Bistom dan berkata: "Kami siap kernbali pada anda dengan
syarat anda bertaubat dan melaknati Bani Umayyah". Umar berkata:
"Baiklah, apakah hal ini ada sanad tarikhnya bahwa orang yang bertaubat
harus melaknati leluhurnya?" Umar melanjutkan: "Apakah anda pernah
melaknati iblis dan Fir'aun, mengapa anda menyuruh saya untuk melaknati orang
yang kernungkinan lslamnya masih besar".
Bukti dari ini semua menunjukkan bahwa Ali, Ibu Abbas dan Urnar adalah figur
yang cocok untuk menghadapi Khawarij berkat ilmunya yang sangat dalam dan
kebijaksanaannya. Mereka juga memiliki metodologi yang baik dalam menghadapi
mereka. Kebaikan cara dan kebijaksanaan Ali terbukti ketika ditanya
"Apakah Khawarij itu kafir?" Jawab Ali: "Mereka adalah orang
yang berusaha lari dari kekaliran". "Apakah mereka munafik?"
Jawab Ali: "Orang munafik tidak menyebut Allah kecuali sedikit, padahal
mereka orang yang banyak menyebut nama Allah".
Kelompok Khawarij ini sangat unik, hal ini tlrlihat padl kasus ketika mercka
mengadakan kesepakatan untuk membunuh Ali RA, Muawiyah dan Amru bin Al‑Ash.
Salah seorang yang ditugaskan untuk membunuh Ali RA adalah Abdurrahman bin
Muljam. Abdurrahman sebenarnya enggan diberi tugas untuk membunuh Ali RA tapi
ketika lewat pada perkampungan Khawarij dia mendapatkan orang yang tercantik di
kampung itu dan bapak serta kakaknya sudah tewas terbunuh oleh Ali dalarn
peristiwa Haruro. Perempuan itu bernama Qutom dan sangat dendam pada Ali RA.
Ibnu Muljam berkata pada pcrempuan itu: "Saya ingin rnengawini anda!"
"Boleh, tapi mahar apa yang akan engkau berikan pada saya?", jawab Qutom.
"Apa saja yang engkau minta niscaya aku kabulkan", balas Ibnu Muljam.
Maka Qutom mengatakan: "Saya minta 30.000, hamba sahaya, budak yang bisa
menyanyi dan membunuh Ali." "Kalau yang tiga pertama dapat saya
kabulkan tapi yang terakhir engkau jangan berharap". Maka Qutom kemudian
berkata: "Jika anda bisa melakukannya saya akan sembuh dari sakit hati,
anda bisa menikahi saya, tapi kalau tidak maka akhirat lebih baik bagi anda
dari dunia dan segala isinya". Maka terjadilah apa yang sudah terjadi.
Dari kasus ini menunjukkan ada kasus yang terselubung dan tidak murni dalam
pcmbunuhan Ali RA olch Ibnu Muljam.
Bentuk keunikan lain mereka adalah kc1ompok yang mudah dibodohi, maka untuk
menghadapi mereka diperlukan cara khusus. Hal ini pernah terjadi pada Amru bin
Ubaid, salah seorang tokoh Mu'tazilah. Suatu saat ia lewat perkampungan
Khawarij dengan ternan‑temannya dan dihadang oleh mereka seraya berkata:
"Mana kawan‑kawan anda, tadi kelihatan banyak?" Jawab Arnru dengan
menyitir ayat 6 surat At‑Taubah. "Kami orang yang musyrik yang meminta
perlindungan agar dapat mendengar firman Allah." "Boleh, karni
rnelindungi anda sekalian, pergilah anda mendapat perlindungan". Tapi
Arnru rnerasa belum aman karena perkampungan Khawarij masih panjang dan dia
berkata: "Tidak begitu, antarkanlah ia ke tempat yang aman". Maka
orang‑orang Khawarij tadi mengantarkannya. Ini menunjukkan pemikiran mereka
yang sangat sederhana yang nrengakibatkan mudah diperdaya dengan logika yang
sangat sederhana, sehingga untuk menghadapi mereka dibutuhkan cara yang tepat
dan tidak perlu logika yang berat‑berat.
Cara yang ketiga merneranginya jika dianggap perlu. Hal ini terbukti ampuh dan
juga pernah dilakukan Ali RA. Pada masa daulah Abbasiyah kekuatan mereka secara
politis sudah bisa dilumpuhkan, kalaupun masih ada hanya bekas‑bekas atau
pengaruh pemikiran mereka dan dalarn bentuk nilai seperti menyesatkan dan
menganggap kafir orang muslin.
3. Mensyukuri pemahaman yang benar (الشكر على الفهم
الصحيح)
Kalau kita melihat betapa orang yang ibadahnya sangat rajin, pandai bahasa
Arab, masih bisa salah dalam memahami Islam bahkan dicap oleh Rasul sebagai
anjingnya ahli neraka, ini menunjukkan betapa besarnya nikmat pemahaman yang
benar yang diberikan Allah pada kita.
Salah seorang ulama salaf berkata:
لا أدري بآية إحدى النعمتين أشكر أبالفهم الصحيح
أوالتجنيب من البدع
"Saya tidak tahu bagaimana saya harus bersyukur dengan nikmat memahami
Islam dengan benar atau mampu menjauhi dari bid'ah."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon komentarnya untuk mengembangkan blog ini. terima kasih